Sejarah Pemilu yang Dihilangkan
Sejarah Pemilu yang Dihilangkan
Regular price
Rp 70.000,00 IDR
Regular price
Sale price
Rp 70.000,00 IDR
Unit price
/
per
Sejarah Pemilu yang Dihilangkan. Pemilu 1955 bukanlah satu-satunya pesta demokrasi yang berhasil terselenggara di era Demokrasi Parlementer. Sebelum itu ada “uji coba” pemilu lokal di Yogyakarta dan Sulawesi tahun 1951 dan 1952, yang kemudian menjadi penggerak terselenggaranya Pemilu secara nasional tahun 1955. Memasuki tahun 1957, pemerintah kembali berhasil menyelenggarakan pemilihan DPRD secara nasional. Hasilnya sangat mengejutkan, Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi pemenang di sebagian besar wilayah Jawa, baik tingkat kabupaten/kota maupun provinsi. Kemenangan PKI ini mengubah konstelasi politik di pusat maupun daerah.
Tahun 1958, Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) merencanakan Pemilihan Umum kedua yang berlangsung pada tahun 1959 atau 1960. Rencana ini hampir menjadi kenyataan. Situasi politik dalam negeri saat itu kacau, gejolak politik di daerah mengganas, peta politik semakin mengerucut antara tiga kekuatan besar, Sukarno, PKI, dan Angkatan Darat. Kekhawatiran PKI akan memenangkan Pemilu kedua ini tidak hanya dirasakan oleh seteru terdekatnya, Angkatan Darat. NU dan PNI yang suaranya merosot pada pemilihan DPPD 1957 sangat khawatir dengan massifnya kekuatan PKI.
Buku ini menguak narasi sejarah Pemilu yang digelapkan selama masa kekuasaan Orde Baru. Bahkan arsip seputar penyelenggaraan Pemilihan DPRD 1957 dan Pemilu-pemilu daerah tahun 1951-1952 juga hilang. Buku ini juga memberi pandangan yang lebih luas dalam analisanya mengenai mobilisasi massa, juga titik temu antara Pemilu 1955 dan gejolak-gejolak politik yang terjadi setelah pemilu.
Tahun 1958, Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) merencanakan Pemilihan Umum kedua yang berlangsung pada tahun 1959 atau 1960. Rencana ini hampir menjadi kenyataan. Situasi politik dalam negeri saat itu kacau, gejolak politik di daerah mengganas, peta politik semakin mengerucut antara tiga kekuatan besar, Sukarno, PKI, dan Angkatan Darat. Kekhawatiran PKI akan memenangkan Pemilu kedua ini tidak hanya dirasakan oleh seteru terdekatnya, Angkatan Darat. NU dan PNI yang suaranya merosot pada pemilihan DPPD 1957 sangat khawatir dengan massifnya kekuatan PKI.
Buku ini menguak narasi sejarah Pemilu yang digelapkan selama masa kekuasaan Orde Baru. Bahkan arsip seputar penyelenggaraan Pemilihan DPRD 1957 dan Pemilu-pemilu daerah tahun 1951-1952 juga hilang. Buku ini juga memberi pandangan yang lebih luas dalam analisanya mengenai mobilisasi massa, juga titik temu antara Pemilu 1955 dan gejolak-gejolak politik yang terjadi setelah pemilu.